Total Tayangan Halaman

Rabu, 22 April 2015

Konsep, Tujuan dan Teknik Psikoanalisis

 Pengertian Psikoanalisa Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis Psikoanalisa adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme,
sedangkan yang ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik. Freud membandingkan jiwa dengan gunung es dimana bagian lebih kecil yang muncul di permukaan air menggambarkan daerah kesadaran, sedangkan massa yang jauh lebih besar di bawah permukaan air menggambarkan daerah ketidaksadaran (Koswara, 1991: 60). Di dalam daerah ketidaksadaran itu ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide, dan perasaan-perasaan yang ditekan. Prinsip dan konsep dasar psikoanalisa :
1. Organisasi kepribadian : conscious, preconscious dan unconscious. 
2. Struktur kepribadian : id, ego dan super ego. 
3. Dasar motivasi – doronan instinktual – tension rules. 
4. Konflik, kecemasan. 
5. Mekanisme pertahanan ego : represi, proyeksi, displacement, rasionalisasi. Beberapa praktek psikoanalisa adalah : 
1. Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia.
2. Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar. 
3. Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa. 

B. Struktur Kepribadian Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai stuktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem, yaitu id, ego, dan superego (Supratiknya, 1993: 32). 
Ketiga unsur atau sistem tersebut adalah sebagai berikut : 
Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. 
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. 
Superego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Adapun fungsi utama dari superego adalah sebagai berikut : 
1. Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impulsimpuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. 
2. Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan. 3. Mendorong individu kepada kesempurnaan. 

C. Dinamika Kepribadian Dorongan-Dorongan ( Drives ) Menurut Freud ( 1933/1964 ) dalam buku Theorys of Personality (Feist, Jess dan Gregory J. Feist, 2008: 29), beragam dorongan dapat dikelompokkan menjadi dua kubu utama : seks atau Eros, dan agresif, distraksi atau Thanatos. Dorongan-dorongan ini berakar dalam Id. Namun, mereka tunduk pada pengontrolan Ego. Dorongan memiliki bentuk energy psikisnya sendiri Freud menggunakan kata Libido untuk energi dorongan seksual. Namun, energi bagi dorongan agresif masih belum dinamainya. Seks Tujuan dari dorongan seksual adalah kesenangan namun, kesenangan ini tidak terbatas hanya pada kesenangan genital semata. Tujuan akhir dorongan seksual ( pengurangan tegangan seksual ) tidak dapat diubah namun, jalan untuk mencapai tujuan ini bisa beragam. Seks sendiri dapat mangambil banyak bentuk yang lain, seperti narsisisme, cinta, sadisme, dan masokhisme. Dua yang terakhir ini memiliki komponen dorongan agresif. Agresi Tujuan dari dorongan destruktif, menurut Freud, adalah mengembalikan organism pada kondisi anorganis. Dorongan agresif juga menjelaskan kebutuhan atas penghalangpenghalang yang sudah dibangun manusia untuk mengendalikan agresi. Kecemasan ( anxiety ) Kecamasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Freud ( 1933/1964 ) menekankan bahwa ini adalah kondisi yang tidak menyenangkan, bersifat emosional, dan sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat.
Ada tiga macam kecemasan : 1. Kecemasan Neurotis Kecemasan neurotis adalah ketakutan terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya sendiri. 2. Kecemasan Moralistis Kecemasan moralistis adalah katakutan terhadap hati nurani sendiri. Kecemasan ini bersal dari konflik antara ego dan superego. Namun, kecemasan moralistis juga bisa muncul akibat kegagalan untuk bersikap secara konsisten dengan apa yang dianggap benar secara moral, contohnya gagal merawat orang tua yang sudah lanjut usia. 3. Kecemasan Realiatis Kecamasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada. Kecemasan realistis ini berbeda dari rasa takut karena rasa takut tidak perlu malibatkan suatu objek spesifik yang menakutkan. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme penjagaan ego karena dia memberi sinyal bahwa bahaya tertentu sedang mendekat. 

D. Mekanisme Pertahanan Ego 
Mekanisme pertahanan merupakan suatu cara ekstrem yang ditempuh oleh ego untuk menghilangkan tekanan kecemasan yang berlebihan-lebihan. Pertahananpertahanan pokok tersebut adalah represi, proyeksi, pembentukan reaksi, fiksasi, dan regresi (Anna Freud, 1946). Menurut Supratiknya (1993: 86), semua mekanisme pertahanan tersebut mempunyai dua ciri umum yaitu : 1. Mereka menyangkal, memalsukan, atau mendistorsikan kenyataan. 2. Mereka bekerja secara tak sadar sehingga orangnya tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Dalam Latipun (2010 ; 51) Freud mengemukakan banyak bentuk mekanisme pertahanan diri yang dimanifestasikan dalam perilaku dan bentuknya bermacammacam. Adapun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri tersebut sebagai berikut: 1. Distorsi. 2. Proyeksi. 3. Regresi. 4. Rasionalisai. 5. Sublimasi. 6. Salah sasaran (displacement). 7. Identifikasi. 8. Kompensasi.

 E. Perkembangan Kepribadian 
Tahap-tahap perkembangan menurut Freud ada lima, yaitu : 1. Tahap Oral 2. Tahap Anal 3. Tahap Phalik 4. Tahap Laten 5. Tahap Genital 
F. Aplikasi Teori Psikoanalisa 
Pertama, konsep kunci bahwa ”manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan”.
Kedua, konsep kunci tentang “kecemasan” yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya. Ketiga, konsep psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual. Keempat, teori Freud tentang “tahapan perkembangan kepribadian individu” dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Kelima, konsep Freud tentang “ketidaksadaran” dapat digunakan dalam proses bimbingan yang dilakukan pada individu dengan harapan dapat mengurangi impulsimpuls dorongan Id yang bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional.

Sumber : http://www.slideshare.net/psepti22/makalah-psikoanalisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar